Amsal 4:23 mengajarkan kita untuk menjaga hati dengan segala kewaspadaan. Ia juga menekankan bahwa dari hati terpancar kehidupan. Dengan kata lain, ada hubungan yang sangat erat antara kondisi hati dengan kualitas hidup kita. Bahkan bukan hanya memiliki hubungan yang erat, hati sebenarnya mengontrol kehidupan kita.
Artinya, orang yang gagal menguasai hatinya adalah orang yang gagal dalam hidupnya. Dan tidak ada seorang pun yang mampu untuk menguasai dirinya tanpa latihan yang cukup. Itulah mengapa sikap dalam menanggapi sebuah peristiwa akan sangat menentukan, baik peristiwa baik maupun buruk.
Salah satu contohnya adalah bahwa Alkitab mengajarkan untuk selalu bersyukur dalam segala hal (Filipi 4:4). Kenyataannya, banyak orang lupa bersyukur ketika mengalami masalah, atau bahkan ada yang lupa bersyukur ketika ia mengalami berkat. Alkitab juga mengajarkan bahwa dengan Tuhan segala hal dapat kita lakukan di dalam Tuhan yang memberi kekuatan (Filipi 4:13). Namun kita masih sering kuatir dan merasa lemah dalam hidup.
Firman Tuhan adalah sumber kebenaran yang mendatangkan kuasa dalam kehidupan kita. Syaratnya adalah kita harus mampu menghidupinya. Ada beberapa tahap yang dapat kita lakukan untuk mencapainya:
- Amsal 4:21 berkata bahwa kita harus memperhatikan Firman. Bagaimana kita ‘mengonsumsi’ atau mengolah Firman akan menentukan bagaimana Firman tersebut meresap dalam hati kita. Tidak mungkin Firman yang hanya dibaca atau didengarkan sambil lalu mampu untuk bertumbuh dengan baik dalam tanah hati kita. Kita perlu berfokus, memiliki kerinduan akan pewahyuan dari Tuhan, serta belajar untuk mengolahnya karena tanpa nya kita tidak bisa hidup.
- Amsal 4:22 berkata bahwa kita harus mampu menyimpan Firman tersebut. Jika diibaratkan sebagai sebuah gudang, maka hati kita harus dipenuhi oleh Firman tersebut. Pada kondisi ini, seharusnya dalam tiap hal yang kita hadapi, akan muncul tuntunan berupa Firman. Misalnya waktu kita hendak marah, mungkin akan ada firman yang berkata “Kasihilah musuhmu”.
- Setelah itu barulah dari hati kita akan terpancar kehidupan (Amsal 4:23). Untuk bisa memancarkan kehidupan, kebenaran tersebut harus kita hidupi atau praktekkan.
- Untuk melakukannya, pertama butuh menjaga hati supaya kebenaran tersebut tidak bocor. Kesalahan dalam menjaga kondisi hati kita akan mengakibatkan hilangnya kebenaran tersebut. Contohnya adalah waktu kita membiarkan realita terlalu dalam mengusik hidup kita. Realita dimana kita sepertinya miskin, tidak mampu, bodoh jika dibiarkan menguasai akan menghilangkan setiap Firman Tuhan tentang rencanaNya dalam hidup kita.
- Kemudian baru kita dapat memancarkannya melalui hidup kita. Jika Firman tersebut dapat berbicara lebih kuat dari tiap realita dan kita dapat bereaksi dengan benar dalam tiap permasalahan hidup, maka firman tersebut akan terpancar dalam kehidupan kita dan menghasilkan buah perbuatan yang membuat orang memuliakan Tuhan (Matius 5:16).
Kemampuan untuk menjaga hati akan mempengaruhi hidup kita. Kita tidak dapat mencegah sebuah masalah terjadi dalam hidup kita. Tapi kita mampu mencegah hati kita untuk disakiti. Ketika hati kita tersakiti, maka kebenaran itu akan bocor dan tidak akan tumbuh menjadi buah bagi kehidupan kita.
Kita boleh saja memiliki atau tahu banyak kebenaran. Tapi tanpa kemampuan untuk mempraktekkannya, maka semuanya tidak akan ada gunanya. Ketakutan, kekuatiran, kesombongan, iri hati, dsb semuanya akan membuat kebenaran itu tidak terpraktekkan dalam hidup kita.