Sebuah judul yang kontroversial memang. Tetapi, sebelum dinilai, mari coba kita pahami apa maksud Alkitab tentang hal ini. Alkitab yang berisi Firman Allah tentunya adalah pernyataan Kasih Allah atas manusia. Alkitab berisi asal mula manusia diciptakan, proses kehidupan manusia sampai akhirnya tujuan hidup manusia. Mungkin tidak semua akan dibahas, karena akan memakan waktu yang sangat panjang, tetapi mari kita coba melihat beberapa di antaranya.
Kejadian 1:26, Berfirmanlah Allah: “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.”
Mengapa Allah menciptakan manusia menurut gambar dan rupaNya (Mereka)? Setidaknya ada dua hal yang mengarah pada hal yang sama yang dapat kita pelajari dari ayat ini. Pertama, Allah menyebut diriNya sebagai ‘Kita’, sebuah kata panggil jamak. Hal ini mungkin akan jadi perdebatan. Tapi hal yang dapat kita ambil adalah bahwa sebenarnya Allah adalah pribadi yang memiliki kecenderungan untuk berhubungan (berkomunitas). Sebuah ke-kita-an baru bisa terjadi jika ada hubungan antara dua pribadi atau lebih yang sepakat atas suatu hal. Kedua, Allah menciptakan manusia menurut gambar dan rupaNya. Kata Ibrani yang dipakai ialah tselem yang berarti menyerupai atau mengidolakan. (Hati-hati: waktu kita mengidolakan sesuatu, maka kita akan menyerupai pribadi itu!)
Jika Dia menciptakan kita menyerupai diriNya, maka kita juga memiliki sifat-sifat Allah secara terbatas. Ia memberikan kepada kita kehebatan seperti itu agar kita berkuasa. Dan yang paling penting, Ia juga menciptakan kita dengan kehendak bebas. Kehendak bebas bukan ada pada manusia saat manusia memakan buah pengetahuan yang baik dan yang jahat sehingga ia berdosa saja. Tetapi sejak awal kehendak bebas itu telah ada. Buktinya, manusia dengan bebas dapat memilih untuk makan buah tersebut atau tidak. Mengapa Allah memberikan sifat kehendak bebas? Agar manusia dapat memilih untuk mengasihi Allah atau tidak. Ada dua sifat dasar dari kasih. Yang pertama ia berkorban. Yang kedua ia tidak menuntut. Allah tidak pernah menuntut manusia untuk mengasihi diriNya. Tapi Ia berharap!
Yohanes 3:16 “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”
Yohanes 17:3 “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus.”
Allah mengasihi manusia. Tanpa ada dosa, maka tidak mungkin ada pernyataan Kasih Allah yang begitu besar itu. Kasih baru dinyatakan jika ada pengorbanan. Kasih identik dengan pengorbanan. Dari dulu konsep penebusan dosa selalu adalah tentang pengorbanan, entah hewan atau yang lainnya. Kemudian, dari dua ayat itu jelas sekali menyatakan bahwa hidup yang kekal (yang diberikan lewat pengorbanan Yesus Kristus) adalah tentang pengenalan manusia akan Allah, dan Yesus adalah Jalan untuk mengenal Allah.
Yohanes 14:6, “Kata Yesus kepadanya: Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.”
Perikop itu menjelaskan bahwa sebenarnya Yesus adalah gambaran Allah. Jika kita ingin mengenal Allah, maka kita hanya perlu mempelajari apa saja yang Yesus lakukan, maka kita akan mengenal siapa dan bagaimana Allah itu. Dan yang paling penting, Yesus berkata,
Yohanes 14:21, “Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku dan Akupun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diri-Ku kepadanya.”
Kasih ditunjukkan melalui perbuatan. Yaitu perbuatan untuk melakukan sesuatu bagi pribadi yang kita kasihi. Kasih berbicara tentang ketulusan. Ketulusan berarti menempatkan kepentingan, kesuksesan, kesejahteraan orang lain di atas dirinya sendiri. Itulah mengapa kasih identik dengan berkorban.
Selain itu, Yesus juga bernama Imanuel (Matius 1:23). Yesus (Yeshua) berarti keselamatan dari Allah (sama seperti arti nama Yosua/Hoshea atau Elisa/El-Yeshua). Imanuel berarti Allah menyertai kita. Jika Yesus sama dengan Imanuel, maka ‘Keselamatan dari Allah’ juga sama dengan ‘Allah menyertai kita’. Menyertai berbicara tentang hubungan. Tidak mungkin ada penyertaan tanpa hubungan.
Dan yang terakhir, mari kita bahas tentang ayat yang cukup kontroversial.
Yohanes 5:29, “dan mereka yang telah berbuat baik akan keluar dan bangkit untuk hidup yang kekal, tetapi mereka yang telah berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum. “
Apakah perbuatan baik menyelamatkan manusia? Tentu kita yang percaya pada Tuhan tahu bahwa perbuatan baik tidak menyelamatkan. Hanya melalui kepercayaan kepada Yesus Kristus saja kita dapat selamat. Perbedaan yang mencolok selalu tentang hidup yang kekal dan dihukum. Kata hidup di sini menggunakan kata zoe yang tidak hanya berarti kehidupan, tetapi yang terpenting zoe juga berarti merasakan kepenuhan hidup. Artinya, hidup kita berkualitas, utuh, sempurna. Sedangkan kata dihukum menggunakan kata kreesis yang diterjemahkan sebagai krisis. Artinya, perbuatan baik atau jahat bukan sebenarnya berdampak pada kehidupan kita secara langsung. Jika kita ingin hidup yang bermakna dan sukses, maka berbuat baiklah, dan sebaliknya, jika kita berbuat jahat, maka kita akan tertimpa krisis. Arti lain dari kreesis tersebut adalah condemnation atau separation yang sebenarnya berarti pemisahan.
Makin jelas kita mengerti bahwa krisis-krisis yang terjadi dalam hidup kita sebenarnya akibat dari perbuatan kita, bukan kehendak Tuhan dan sebenarnya juga karena kita terpisah dengan Tuhan. Dari seluruh ayat yang kita bahas di atas, kita tahu bahwa keselamatan selalu berbicara tentang hubungan. Tujuan pertama Allah menciptakan manusia adalah agar Ia dapat berhubungan dengan kita. Setelah itu baru membuat kita berkuasa. Namun, kita tidak akan berkuasa atas bumi tanpa kita memiliki hubungan dengan Allah.
(Gambar dari northvalleynews.org)
Profesi Kita Yang Sebenarnya « The Leipzic Way
[…] Pertobatan kita bukan ditujukan agar kita selamat karena itu adalah mutlak jika kita merujuk pada arti keselamatan yang sebenarnya. Pertobatan adalah agar kerajaan Allah dapat masuk dalam kehidupan kita. Yesus sendiri mengajarkan […]
Kematian Hati Nurani « The Leipzic Way
[…] pernah sia-sia. Jika kita bersungguh-sungguh untuk bertobat maka ia akan kembali menjadi benar. Ya, pertobatan bukan masalah keselamatan. Kita sudah diselamatkan oleh Yesus 2000 tahun yang lalu. Pertobatan adalah mengenai menghadirkan […]
The Leipzic Way | Keselamatan Berarti Pemulihan Hubungan Dengan Tuhan
[…] pola pikir terhadap keselamatan yang salah. Meskipun saya pernah menulis tentang hal ini di blog saya sebelumnya, namun ada hal baru yang perlu kita mengerti tentang keselamatan, yaitu sebuah langkah selanjutnya […]
Keberdayaan vs Kebergantungan Manusia
[…] Itulah yang terus kita alami bukan? Beberapa tulisan saya sebelumnya tentang kejatuhan manusia (1, 2) sudah cukup menjelaskan tentang hal ini. Dengan alasan idealisme orang muda, saya menggebu-gebu […]