Jika kita bertanya, “Hubungan apa yang paling kuat, hebat, dekat, tak terkalahkan dengan Tuhan?”. Maka jawabannya ialah saat kita mengalami FirmanNya. Firman Allah ialah janji sekaligus kebenaran. Artinya, jika kita melakukan sesuatu, maka ada akibat tertentu yang sesuai dengan Firman tersebut. Ada satu kata kunci yang akan membuat kita mengalami Firman tersebut. Yaitu saat kita melakukannya. Saat kita melakukan suatu hal yang sesuai dengan Firman tersebut, maka hal tersebut akan memicu janji Allah terjadi dalam hidup kita.
Pada blog sebelumnya dibahas tentang kasih sebagai pondasi kehidupan kita. Maka sebenarnya jika kita telaah kehidupan kita lebih jauh secara jernih, maka kita akan mendapati bahwa segala hal yang kita lakukan yang akan memicu Firman Allah terjadi dalam hidup kita memiliki satu kaitan yang sama dengan kasih. Saat kita mengerti esensi kasih, yaitu ‘menghadirkan segala yang terbaik dalam hidup orang lain‘ maka dapat dipastikan sebenarnya kita sudah memicu segala janji Allah terjadi dalam hidup kita. Untuk itu, ada beberapa hal yang harus kita mengerti tentang kasih.
- Kasih memiliki fokus yang tepat, yaitu Tuhan dan orang lain. Kasih kita kepada Tuhan akan melandasi kita untuk mengasihi orang lain, dan sebaliknya, saat kita mengasihi orang lain, sebenarnya kita sudah mengasihi Tuhan, sebab apa yang Tuhan inginkan hanya satu, yaitu saat kita mengasihi orang lain.
- Kasih membuat kita proaktif. Hal ini berarti tidak ada kata pasif dalam hidup kita. Kasih membuat kita bertindak. Saat kita mengatakan bahwa kita mengasihi, maka seharusnya kita bertindak untuk menghadirkan segala yang terbaik dalam kehidupan pribadi yang kita kasihi.
- Kasih membuat kita memiliki inisiatif. Seharusnya, saat kita mengasihi, pihak pertama yang menyuruh kita bertindak ialah diri kita sendiri.
- Kasih membuat kita berkomitmen. Tidak ada kasih yang tidak diuji. Justru inilah yang membuat Kasih bertahan lebih lama daripada Iman dan Pengharapan. Karena kasih yang sempurna telah melewati ujian yang sempurna.
- Kasih membuat kita rendah hati. Kasih akan menggerakkan kita untuk mengorbankan segala yang kita miliki, termasuk ego kita untuk melakukan sesuatu bagi pribadi yang kita kasihi.
- Kasih adalah satu ‘rasa’ yang ada pada buah roh. Tapi sebenarnya, saat kita mengasihi, maka kita menghadirkan ‘rasa-rasa’ yang lain juga. Sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan dan penguasaan diri. Bahkan kata lemah lembut dan rendah hati memiliki akar yang sama, yaitu ‘meek’.
Tuhan Yesus berkata dalam Matius 11:29-30,
“Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan.”
Kadang kita merasa hidup kita begitu berat, padahal jika kita sedang melakukan hal yang tepat (memikul kuk yang Tuhan Yesus pasang), maka kita akan menemukan ketenangan. Di ayat sebelumnya, Tuhan Yesus berkata “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” Dan jika kita mempelajari tentang kuk yang Tuhan Yesus ingin kita tanggung, maka yang Ia inginkan ialah untuk kita mengasihi. Pada pasal 11 ini, Tuhan Yesus sedang mengutus murid-muridNya untuk pergi melakukan segala sesuatu yang telah Ia ajarkan. Bahkan Ia mengecam beberapa kota yang sebenarnya telah melakukan suatu hal yang sama, yaitu tidak melakukan apapun untuk sesamanya.
Kasih adalah pondasi bagi segala hal yang kita lakukan. Karena kasih (dari Allah, orang tua, dan semua orang di sekeliling kita) maka kita bisa hidup. Maka jika kita tidak bisa hidup dengan cara yang sama yang telah Allah tetapkan, maka sebenarnya kita telah melanggar dan membuang unsur terpenting dalam hidup kita.
Anggara46
Artikel yg memberkati.thanks.
Pondasi Kekristenan « The Leipzic Way
[…] menjalankan satu hukum ini saja maka kita akan secara otomatis menjalankan seluruh FirmanNya. Blog selanjutnya akan membahas hal ini. Akhirnya, orang yang bertemu dan mengalami pribadi Tuhan akan tidak sabar […]