Sejak 2 tahun terakhir, rumahku memelihara kucing. Beberapa kucing telah silih berganti menghuni rumahku. Ada yang ketahuan hamil sehingga dibuang, ada yang kabur sendiri dan tidak pernah kembali. Meskipun mereka semua adalah kucing jalanan yang mungkin membawa kuman atau virus yang berbahaya, ataupun mereka tidak memiliki kegunaan seperti anjing, namun setidaknya seluruh keluarga sepakat untuk memperbolehkan adanya kucing di rumah.
Sampai beberapa waktu terakhir, ada beberapa kucing yang meskipun tidak semuanya tinggal di rumah, tetapi mendapatkan jatah makan dari rumah. Namun, untuk mereka yang tidak benar-benar tinggal (alias bukan penghuni asli), kadang mereka juga tidak mendapatkan makanan. Salah satu kucing yang sering mendapat jatah makanan merupakan kucing belang kuning-hitam-putih betina. Salah satu yang membuat kami memberinya makan adalah karena ia sering mampir ke rumah, dan tidak hanya itu, ia setia sekali menunggu di depan pintu. Bahkan walaupun kami tidak pernah membukanya untuk memberi makan ataupun kami sekeluarga sedang bepergian. Bahkan selama ia menunggu, ia tidak pernah mengeluarkan suara seperti kucing-kucing yang lain. Duduk diam, manis dan menunggu dibukakan pintu.
Selain itu, ia adalah kucing yang manis. Tidak seperti kucing yang justru kami pelihara, ia tidak pernah menggigit, atau buang kotoran di sembarang tempat, atau pilih-pilih makanan yang diberikan. Dan yang paling kami kagumi ia adalah kucing yang suka menolong. Salah satu kucing lain yang sering menunggu di depan pintu ialah kucing kecil yang ditelantarkan oleh ibunya sendiri. Ia seperti tidak diakui oleh ibunya. Bahkan setiap kali mendekat, ibunya pasti mengeluarkan mimik dan suara mengusir. Namun apa yang terjadi? Karena si kucing kecil butuh susu, ia mencarinya dari si kucing betina tersebut. Dan, herannya, meskipun ia masih menyusui beberapa anaknya, ia rela dan mau untuk diminum susunya jika si kucing kecil mendekat dan meminum susu dari dirinya.
Sampai suatu saat, tepatnya 18 Agustus 2011, kami kaget karena di pagi hari ia terlihat terkapar. Rupanya ia makan sesuatu yang beracun, entah itu racun tikus atau yang lain. Sungguh menyedihkan, karena sejak pertama kali dilihat pada sekitar pukul 6.30 pagi sampai pukul 11.00 siang, ia harus berjuang melawan kesakitannya. Sungguh pemandangan yang miris, melihat seekor kucing yang baik hati harus mengalami kesakitan seperti itu, melihat sorot matanya yang penuh kesakitan dan mulut yang berbusa bahkan mengeluarkan darah. Banyak orang yang berusaha menolong dengan memberi susu atau makanan atau air kelapa untuk menetralisir racun. Namun sayang, karena kita tidak mungkin berkomunikasi dengan kucing, jadi susah juga untuk menolong. Sampai akhirnya ia mati dan terbujur kaku dan akhirnya dikubur.
Beberapa hal yang kami sesali ialah, mungkin jika seandainya malam itu ia kami beri makan, mungkin ia tidak perlu mencari makanan lain dan akhirnya keracunan. Meskipun mungkin hanya seekor kucing, ada sebuah pelajaran yang aku dapat. Siapapun atau apapun yang memiliki hati yang lapang atau hati yang besar, seluruh dunia pasti menyukainya. Bunda Teresa adalah pahlawan jutaan orang karena hatinya yang sangat welas asih. Bagiku secara pribadi, tidak gampang untuk memiliki hati yang demikian. Namun, satu hal yang ingin aku lakukan ialah terus mengasah empati kepada orang lain, sehingga suatu saat aku bisa menjadi mahir. Meskipun mungkin memakan waktu yang lama karena itu bukan bakat, tetapi aku akan tetap melakukannya. Bukan supaya orang membalas budiku atau memperhatikanku, tetapi setiap orang pasti mengakui bahwa orang yang demikian memiliki dampak tersendiri dalam hati mereka.
Bukankah itu artinya memberikan perjumpaan dengan kasih Kristus? Karena tiap orang akan dimenangkan bagi Kristus jika mereka berjumpa dengan kasih, kebenaran dan kuasaNya! Meskipun ini hanya 1 bagian, tetapi kasih memiliki kuasa yang besar, seperti ayat yang berkata bahwa kasih ialah yang terbesar dibandingkan iman dan pengharapan.
(Gambar dari blogspot.com)